Pusat Ekonomi Dunia Geser Dari Barat Ke Timur ?
Pada abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat ekonomi dunia. Ramalan ini berdasarkan beberapa fakta yang ada.
Pertama, jumlah penduduk Asia ialah setengah penduduk dunia. Diantaranya 500 juta orang termasuk dalam kategori kelas menengah hal ini jelas merupakan potensi pasar yang besar.
Kedua, tingkat teknologi di Asia sudah sama dengan negara-negara Barat. Banyak pabrik-pabrik di Barat yang pindah ke Asia, karena dapat memperoleh modal, tanah, dan tenaga kerja yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan di Barat.
Seperti yang telah kita banyak ketahui bahwa pada jaringan perekonomian dunia terdapat beberapa negara yang termasuk dalam penggolongan Negara kreditur dan Negara debitur “negara penghutang”.
Menurut informasi yang telah kita dapatkan Negara yang termasuk dalam kategori kreditur misalnya Negara China, Negara Jepang, Negara Singapura dll.
Konon negara-negara tersebut terkenal dengan negara kreditur terbesar seiring dengan menurunnya kualitas dan kuantitas keadaan perekonomian Negara Barat, namun sebaliknya yang termasuk negara-negara debitur terbesar atau kata lain sebagai negara pegutang terbesar dunia misalnya adalah Negara Amerika Serikat, ini sempat membuat terkejut oleh beberapa khalayak ramai atau masyarakat pada umumnya yang telah menerima informasi tersebut.
Padahal sebelumnya Negara Amerika yang dikenal sebagai “Negara super power” dan “Negara adidaya ekonomi dunia” ternyata memiliki catatan yang tampaknya memalukan bagi beberapa kalangan masyarakat baik yang berdomisili di negara tersebut maupun masyarakat luar negeri terutama bagi negara-negara di benua Asia yang mulai terlihat beberapa kelebihan pada kualitas dan kuantitasnya dibandingkan dengan negara Barat.
Dari beberapa uraian diatas maka yang menjadi pertanyaan kita sebagai warga Negara Indonesia adalah “dapatkah Negara Indonesia untuk meraih kesuksesan perekonomian dunia?”, menurut penulis, jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut ialah dengan selalu meningkatkan ketahanan ekonomi yang tinggi dan ketahanan pangan yang harus diselaraskan seiring dengan merangkaknya ketahanan ekonomi, karena apabila ketahanan pangan masih lemah maka sama saja Negara Indonesia belum bisa menikmati kesuksesan bersama dari berbagai negara-negara di benua Asia.
Apabila Negara Indonesia dilihat dari sudut pandang kualitas maka Indonesia memiliki SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk mengembangkan kesejahteraan ekonomi bangsa Indonesia dengan bantuan peralatan teknologi modern. Dan apabila dilihat dari sudut pandang kuantitas maka Indonesia yang dikenal sebagai “negara zamrud katulistiwa” memiliki SDA (sumber daya alam yang cukup) yang melimpah, baik di darat maupun di laut.
Indonesia memang memiliki potensi untuk menyongsong ekonomi besar pada masa mendatang. Namun prediksi tersebut belum dapat untuk mendongkrak semangat keoptimisan terhadap kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun nantinya apabila ekonomi Indonesia besar, namun kesejahteraan rakyat Indonesia belum terpenuhi dengan sempurna, maka bangsa Indonesia masih tetap akan ketinggalan dari negara-negara tetangga.
Indonesia harus optimis sedini mungkin, karena keterputus asaan itu dapat melemahkan mental dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat seutuhnya. Bukan hanya pemerintah saja yang dapat melakukan hal tersebut tetapi harus saling bahu membahu dalam kerja sama yang dapat dilakukan oleh rakyat yang memiliki kemampuan dari berbagai bidang.
Terutama bagi kaum terpelajar seperti mahasiswa harus dapat menyokong tenaga serta pemikiran yang cemerlang demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, karena itu mahasiswa bukanlah hanya sekedar agen perubahan saja “agent of change” yang dikendalikan oleh berbagai pihak, tetapi harus menjadi pemimipin perubahan “director of change” tanpa dikendalikan oleh pihak manapun. Faktanya banyak orang cerdas dalam berbagai bidang malah mengabdi ke luar dari negerinya sendiri yang masih terpuruk demi kemajuan negara lain, hal inilah yang menjadi kesalahan yang besar.
Pembahasan dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara-negara berkembang cepat atau lambat dapat melampaui negara-negara maju seperti beralihnya pusat ekonomi dunia dari negara Barat ke Timur. Pemicu dari segala hal ini bertumpu pada perdagangan, bidang industri, dan urbanisasi.
Demikianlah ulasan yang dapat panulis tuangkan, penulis sadar atas banyak kekurangan yang dikarenakan terbatasnya waktu menulis dan informasi yang telah sampai kepada penulis sendiri beberapa waktu lalu.