Ya Allah... aku sibuk
Ya Allah... Aku sibuk
Oleh: Ustadzah Azizah Ummu Yasir hafizhahullaha
Masjid Mujahidin UNY
____________
Semua manusia mengatakan: Saya sibuk
Bahkan 24 jam saja tidak cukup
Namun...
Pernahkah kita bertanya: apakah kesibukan kita bermanfaat?
Jika tidak, maka tunggulah suatu saat bom waktu akan meledak menghampiri kita
Karena sesungguhnya...
Seluruh manusia itu merugi. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. Al 'Ashr: 1-3)
Perhatikan ayat pertama dalam surat Al 'Ashr, ketika Allah telah bersumpah dengan sesuatu yaitu demi masa, itu menandakan sesuatu tsb sangat berharga. Masa atau waktu adalah sesuatu yg sangat berharga.
Maka hikmah yg dapat kita ambil dan wajib kita garis bawahi dari ayat tersebut adalah jadilah kita orang-orang yang tidak merugi, yakni:
1. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Beramal shalih, Tidaklah beramal shalih itu diterima kecuali terpenuhi 2 syarat, yaitu ikhlas dan ittiba' (mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam).
Kedua hal tersebut tidaklah kita dapat, kecuali dengan menuntut ilmu.
3. Saling nasehat menasehati, Sesungguhnya sahabat sejati adalah sahabat yang tidak ingin kita terjerumus dalam api neraka.
Lihatlah para ulama dahulu, ketika diberi nasehat mereka akan memberi dirham atau dinar kepada orang yang menasehati tersebut.
Sungguh, orang-orang di zaman ini sungguh terlalaikan dan justru menggerutu jika diberi nasehat. Sungguh, ini adalah tanda-tanda akhir zaman.
Dalam menasehati seseorang, hindarkanlah keramaian. Berikanlah nasehat secara empat mata bukan terang-teragan di depan umum.
4. Manfaatkan Waktu
Maka dari itu, perhatikanlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ya Allah... Aku sibuk
Oleh: Ustadzah Azizah Ummu Yasir hafizhahullaha
Masjid Mujahidin UNY
____________
Semua manusia mengatakan: Saya sibuk
Bahkan 24 jam saja tidak cukup
Namun...
Pernahkah kita bertanya: apakah kesibukan kita bermanfaat?
Jika tidak, maka tunggulah suatu saat bom waktu akan meledak menghampiri kita
Karena sesungguhnya...
Seluruh manusia itu merugi. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. Al 'Ashr: 1-3)
Perhatikan ayat pertama dalam surat Al 'Ashr, ketika Allah telah bersumpah dengan sesuatu yaitu demi masa, itu menandakan sesuatu tsb sangat berharga. Masa atau waktu adalah sesuatu yg sangat berharga.
Maka hikmah yg dapat kita ambil dan wajib kita garis bawahi dari ayat tersebut adalah jadilah kita orang-orang yang tidak merugi, yakni:
1. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Beramal shalih, Tidaklah beramal shalih itu diterima kecuali terpenuhi 2 syarat, yaitu ikhlas dan ittiba' (mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam).
Kedua hal tersebut tidaklah kita dapat, kecuali dengan menuntut ilmu.
3. Saling nasehat menasehati, Sesungguhnya sahabat sejati adalah sahabat yang tidak ingin kita terjerumus dalam api neraka.
Lihatlah para ulama dahulu, ketika diberi nasehat mereka akan memberi dirham atau dinar kepada orang yang menasehati tersebut.
Sungguh, orang-orang di zaman ini sungguh terlalaikan dan justru menggerutu jika diberi nasehat. Sungguh, ini adalah tanda-tanda akhir zaman.
Dalam menasehati seseorang, hindarkanlah keramaian. Berikanlah nasehat secara empat mata bukan terang-teragan di depan umum.
4. Manfaatkan Waktu
Maka dari itu, perhatikanlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
(HR. Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas
Kalau kita bisa mengembalikan waktu yang telah kita lalui, sungguh itu tidak mungkin untuk kita lakukan.
Ingatlah 5 perkara sebelum 5 perkara:
1. Sehat sebelum sakit
2. Muda sebelum tua
Perhatikan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) (Pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi)
3. Kaya sebelum miskin
Perbanyaklah sedekah selagi masih ada waktu.
4. Lapang sebelum sempit
Gunakanlah waktu utk beramal shalih dengan sebaik-baiknya.
5. Hidup sebelum mati
Maka dari itu, waktu adalah modal utama utk kehidupan kita di dunia.
Mari kita bermuhasabah...
Sudah berapa banyak tabungan amal shalih kita?
Sudah berapa banyak kita membantu orang-orang di sekitar kita?
5. Manfaatkan Hidup
Kita hidup di dunia hanya seperti org yg berteduh di bawah pohon. Hanya sebentar saja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِـمَنْكبِـيَّ فَقَالَ: (كُنْ فِي الدُّنيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ) وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحتَ فَلا تَنْتَظِرِ الـمَسَاءَ. وَخُذْ مِن صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لـمَوْتِكَ. رواه البخاري.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau orang yang melewati suatu daerah. Ibnu Umar berkata, Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu. (HR. Al-Bukhari)
Prioritas Kebutuhan
Buatlah target prioritas dalam kehidupan kita.
Meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَيَعْنِيْهِ
"Diantara tanda bagusnya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. (Hadits hasan; diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan yang lainnya)
Jangan sibukkan diri kita dengan melihat timeline di media sosial teman kita, mengomentari status mereka satu per satu.
Gunakkanlah waktu-waktu tersebut untuk membaca Al-Qur'an, berdzikir sebanyak-banyaknya.
Perhatikanlah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari dan Muslim)
Diantara hal yg lebih penting lg, jauhkanlah sifat hasad dalam kehidupan kita. Biasanya hasad inilah yg terjadi dalam profesi yg sama.
Hasad yang diperbolehkan diantaranya seperti melihat orang-orang yang membaca Al Qur'an dan menginfaqkan hartanya di jalan Allah.
Fokuslah pada kebaikan-kebaikan yg dapat kita lakukan, penuhilah hak-hak orang di sekitar kita, baik itu orang tua kita, suami/istri kita, anak-anak kita, dan tetangga-tetangga kita.
Bahkan, ketika bangun tidur memikirkan dunia, Allah akan cerai beraikan urusannya.
Kewajiban-kewajiban yang seharusnya kita tunaikan ketika bangun tidur adalah berwudhu dan shalat, bukan lantas memikirkan dunia dan dunia.
Kehidupan Dua Dunia
Syarat dalam Bersosial Media
1. Luruskan niat
Untuk apa update status, komentar, melakukan hal ini dan itu
2. Kebenaran tulisan, gambar, dan video yang kita posting
Perhatikan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani)
والله أعلم
Sabtu, 25 Maret 2017 M/26 Jumadal akhir 1438 H